relung jatuhku.

Tridaffa Rizky Nugroho
2 min readApr 16, 2023

--

Photo by Jp Valery on Unsplash

Suatu malam ketika aku selesai mengerjakan tugas kuliah nirmana tiga dimensiku, aku memutuskan untuk rehat dan menyetel sebuah lagu dari daniel caesar yang berjudul always yang baru dirilis beberapa pekan lalu dalam album “never enough”. sambil membaca buku ikhlas paling serius karangan fajar sulaiman, aku membaca buku itu dari awal.

Awalnya ku mengira, aku membacanya hanya untuk mengisi waktu luangku sambil menunggu kantukku datang. terlepas dari itu, terlintas dibenakku memikirkan seseorang yang pernah menjalankan masa-masa indah yang lalu bersamaku. sesosok perempuan yang pernah menghiasi warna-warni hidupku.

Kejadian tersebut membuatku me-recall kembali hal-hal yang pernah kami berdua lakukan. seperti jalan-jalan kecil di sebuah pasar malam yang dia merengek untuk dibelikan permen kapas, mengajakku untuk menaiki wahana kora-kora yang membuatku pusing, dan juga meminta tolong kepada orang yang lewat untuk difoto-kan dengan polaroid yang saat itu hanya tersisa dua lembar.

“Jikalau dia masih disini, cerita apa lagi yang bisa kita ukir?” tanyaku dalam hati. Yang kupikir. Seandainya jika dia masih ada disini, mungkin kita akan mencoba rumah hantu di sebuah mall di Jakarta, atau mengunjungi pameran seni dan membicarakan karya instalasi disana.

Kembali terbesit dipikiranku dan bergumam;
“Mengapa kita bisa berpisah? Apa yang salah terhadap hubungan kita kemarin?” Seakan tidak mempunyai apa jawaban dari pertanyaan tersebut, aku berpikir bahwa tidak ada yang salah. Namun saja memang tuhan tidak mentakdirkan kita untuk bisa bersama. Saat menjalani hubungan dengannya, kupikir hubungan ini bagaikan sebuah film romance yang selalu memiliki cerita yang indah. Namun pada nyatanya, aku melupakan sebuah hal, bahwa film memiliki sebuah plot twist, yang dimana plot twist tersebut tidak bisa dikontrol oleh dua belah insan yang sedang mencinta.

Tersadar sudah menguap, namun isi pertanyaan itu ini masih mengganggu dipikiranku. Kuputuskan untuk memberhentikan musik, mematikan lampu kamar, menutup buku dan membaca chat lama kita di iMessage.

Menyiasati isi perasaan saat melihat obrolan kita di chat saat itu, yang penuh dengan gembira dan bahagianya aku ketika masih bersamamu. Penuh canda dan tawa, tanpa lupa berbagi cerita, berkeluh kesah, dan membicarakan hal-hal random seperti “Mengapa bulan berbentuk bulat? mengapa tidak jajar genjang?” hingga “Berapa penghasilan tukang parkir di minimarket dalam sehari?”

Semua itu, seakan semu ketika aku tak menjumpai hal-hal seperti itu lagi. Relung isi hatiku, seakan jatuh ketika hal-hal manis itu tak kudapatkan lagi. Sambil menyeka air mata yang perlahan mulai turun sedikit demi sedikit, aku berusaha untuk tegar. dan memastikan bahwa

“AKU AKAN BAIK-BAIK SAJA TANPAMU” sontak penuh gairah dan ambisi dalam isi pikiranku.

Disaat waktu tidur sudah menghantuiku, makin menjadi-jadi isi pikiranku, dan berdoa didalam sebuah harapan sebelum terlelapnya aku.

“Jika memang tak kau berikan dirinya dalam hidupku. Setidaknya berikan aku kesempatan untuk bisa mengukir cerita dengannya didalam mimpiku.” doaku.

--

--

Tridaffa Rizky Nugroho
Tridaffa Rizky Nugroho

Written by Tridaffa Rizky Nugroho

0 Followers

tempat buat cerita isi otak aja

No responses yet